top of page
Koran Republika

Gazan Azka Ghafara, Pemilik Usaha Zanana Chips: Sulap Modal Rp 1 Juta Jadi Omzet Ratusan Juta


Jumat, 27 November 2015, 17:00 WIB

Keripik pisang sudah akrab dikenal sebagai salah satu jajanan favorit masyarakat yang biasa-biasa saja. Namun, di tangan Gazan Azka Ghafara, keripik ini disulap menjadi peluang usaha dengan keuntungan luar biasa. Mengaku unggul dalam mekanisme produksi hingga pemasaran yang serba "kekinian", Gazan melandasinya dengan fondasi ilmu bisnis, riset, dibarengi doa. Hasilnya sangat menggiurkan. Dari modal hanya Rp 1,05 juta pada dua tahun lalu, kini hidupnya berubah 180 derajat. Omzet bisnisnya ratusan juta per bulan. Kepada Republika, pemuda yang usianya masih belia ini menuturkan rahasia bisnis suksesnya. *** Gazan merintis bisnis Zanana Chips dengan modal minimal. Uang Rp 1 juta merupakan modal pinjaman ditambah Rp 50 ribu dari hasil menabung. Ia lantas segera memulainya dengan membeli keripik pisang serta peralatan usaha alakadarnya. Produksi perdana, yakni mengemas 30 bungkus keripik pisang yang telah dibumbui serbuk cokelat manis. Keripik dibalut kemasan yang kekinian serba modern dengan sentuhan rancangan simple. Sementara, nama brand "Zanana" berawal dari salah seorang teman yang menyarankan nama gabungan antara Gazan dan Banana alias Pisang menjadi Gazanana. Oleh dia, dua huruf pertama dihilangkan dan jadilah brand resmi "Zanana". Keripik pisang Zanananya Gazan diproduksi dan diromosikan dengan jalan-jalan yang ia sebut "kekinian". Selain cokelat, pilihan rasa lain yaitu susu, greentea, dan balado. Ia juga dikemas secara elegan dan dipasarkan lewat media dalam jaringan yang juga menjadi bagian dari gaya bisnis kekinian. Awalnya, ide bisnis Zanana Chips bermula dari dirinya melamun sambil berharap makan keripik pisang cokelat khas Lampung. Namun, ide Gazan buntu. Sebab, ia tak tahu cara memperolehnya sementara dia jauh dari Lampung. Dia kemudian bertanya pada saudara dan sejumlah teman, bahkan melakukan riset kecil-kecilan. Hasilnya, keripik pisang Lampung ramai peminat. Namun, keterjangkauannya belum tersedia. "Ia masih sebatas jajanan oleh-oleh," kata Gazan. Dari titik ini, Gazan kemudian berniat membuat keripik pisang cokelat yang bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia. Setelah mempertimbangkan sejumlah hal, dia mantap memulai bisnis Zanana Chips pada 28 November 2013. Apakah kesuksesan ini tanpa kegagalan? Gazan mengakui bisnis keripik Zanana merupakan bisnisnya yang ketiga setelah dua bisnis sebelumnya berakhir gagal. Dari 30 bungkus produksi perdana Zanana yang terjual habis, uang hasil penjualan diputar lagi untuk membeli keripik pisang dari outsourcing, membumbuinya secara mandiri, dan mengemasnya. Perputaran modal terus berkembang dari 30 bungkus, menjadi 50, 60, 100 bungkus. Per pekan ini sudah mencapai 500-600 bungkus Zanana per hari. Jika pesanan tengah ramai, produksi bahkan bisa mencapai seribu hingga dua ribu bungkus per hari. Sistem produksi dimulai dengan belanja keripik pisang mentahan yang kemudian dibumbui dan dikemas secara eksklusif. Pada enam bulan pertama, ia mengerjakan semua kegiatan bisnis secara mandiri dari mulai belanja keripik, membumbui, mengemas, melayani konsumen, promosi hingga mengantarkan Zanana ke tempat jasa layanan. Seiring pemesanan yang terus bertambah, ia pun merekrut sejumlah karyawan. Hingga kini, total tenaga kerja di Zanana adalah 14 orang termasuk dirinya. Sukses dengan omzet Rp 200 juta – Rp 400 juta per bulan, Gazan mulai mampu menyewa ruangan untuk kantor Zanana lengkap dengan alat-alat kantor, di antaranya, laptop. Ia juga bisa membeli mobil untuk menunjang bisnisnya dari hasil perputaran modal tersebut. Ramainya pemesanan Zanana Chips tak lepas dari peran promosi gencar via Instagram, lalu menyebar ke Facebook, Line, dan Twitter. Sebab, Gazan mengidentifikasi bila 80 persen konsumennya adalah perempuan berusia 17-30 tahun, suka belanja online, doyan ngemil, suka foto-foto, dan pengguna aktif Instagram. Di sanalah Zanana menampakkan diri. Sesekali memberdayakan sejumlah tokoh idola konsumennya untuk membantu promosi. Sambutan hangat lantas ia peroleh dengan banyaknya order. Zanana diakuinya belum punya outlet resmi. Namun, ia memberdayakan banyak reseller yang sebagian memiliki outlet untuk memasarkan Zanana. Saat ini jumlah reseller terdaftar sudah mencapai 600-an orang yang tersebar di 70 kota se-Indonesia. Reseller Zanana bahkan sudah merambah Papua dan Merauke. Sementara, yang aktif sekitar 100-150-an orang di mana penghasilan mereka rata-rata mencapai Rp 2 juta-Rp 4 juta per bulan. Ia mengaku, tak ada rahasia sukses muluk-muluk dalam menjalankan bisnis Zanana. Sebab, semua orang pun sudah tahu, kesuksesan diraih dengan tidak berhenti berdoa, belajar, dan berusaha. "Dari dulu, selama berbisnis saya tetep baca buku bisnis, motivasi, ikut seminar, workshop, training. Itu harus jadi kebiasaan," katanya. Gazan lantas mencontohkan pengusaha wartel yang sangat sukses di masanya. Namun, redup mendadak tergantikan layanan telepon genggam yang murah meriah serta praktis. Pengusaha, lanjut dia, harus mengikuti segala perkembangan dunia yang serbapesat. Jika tidak, ia akan ketinggalan dan bisnisnya mati. Keberjalanan bisnis yang ia rintis bukannya tanpa kendala. Bisnis baginya 100 persen bermasalah. Di dua bisnis yang sempat dirintis sebelumnya, Gazan malah rugi hingga Rp 10 juta. Tapi, ia terus bangkit memperbaiki diri hingga kelahiran Zanana. Tapi, ia yakin ada solusi dan memang benar-benar ada. Makanya, urusan kendala ia tak terlalu ingat apa saja yang sudah dialami. Tapi, yang sempat membuat sedih ialah ketika mendapatkan sejumlah respons negatif dari orang-orang di awal bisnis. Ungkapan meremehkan dan dipandang sebelah mata sudah kenyang ia rasakan. Tapi, hal itu jugalah yang menambah semangatnya untuk membuktikan bisnisnya bisa sukses. Namun, ia memiliki kisah unik yang terkenang hingga kini. Itu terjadi pada enam bulan pertama merintis Zanana karena segalanya ia urus sendiri. "Kadang kalau ada saudara atau temen dekat mau beli Zanana, lalu minta diskon harga, Gazan suruh mereka menghubungi admin langsung," ujarnya. Padahal, yang menjadi admin adalah dirinya sendiri. Admin lantas menolak memberi diskon. Alasannya takut dimarahi bos kalau beri diskon sembarangan. Padahal, bosnya ya Gazan sendiri. "Kalau kita langsung menolak atas nama pribadi kan tidak enak juga," katanya sambil tertawa. Ia memulai bisnis sejak usia 16 tahun. Diawali dorongan kepepet untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Masa kecil Gazan yang tidak mengenakkan turut menyulut semangatnya berwirausaha. Pada usia lima tahun, orang tuanya bercerai sehingga ia harus menjalani masa sulit bersama ibu dan seorang kakak perempuan. "Saking sulitnya, hingga untuk membeli telur untuk makan pun susah," katanya. Niatnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik pun disambut Tuhan dengan menghubungkannya dengan pebisnis sukses yang dijadikan sebagai guru atau mentor. Gazan juga membaca buku-buku bisnis dan motivasi sehingga menuntunnya berwirausaha cerdas hingga kini. Ke depan, ia bercita-cita memproduksi keripik pisang secara mandiri pada awal 2016. Rancangan sudah dibuat dan tinggal pemantapan pelaksanaan. Sudah ada satu karyawannya yang dijadikan binaan perusahaan untuk memproduksi keripik pisang sendiri. Itu dilakukan agar perusahaan memiliki kendali penuh akan ketersediaan bahan baku, dari mulai bentuk buah pisang yang belum diapa-apakan. n cj01 ed: zaky al hamzah

sumber tulisan: http://www.republika.co.id/berita/koran/kreatipreneur/15/11/27/nygx4h8-gazan-azka-ghafara-pemilik-usaha-zanana-chips-sulap-modal-rp-1-juta-jadi-omzet-ratusan-juta

924 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page